Popcorn Lung dan Vape: Membedah Mitos dan Fakta
Oleh Chester – IndonesiaVape.com | Juli 2025
Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah “Popcorn Lung” atau bronchiolitis obliterans sering digunakan dalam kampanye anti-vape. Banyak pihak mengklaim bahwa vape dapat menyebabkan penyakit paru-paru langka ini. Namun, benarkah vape adalah penyebab langsungnya? Atau ada informasi yang dipelintir di balik narasi tersebut?
🧬 Apa Itu Popcorn Lung?
Popcorn Lung adalah istilah populer untuk kondisi medis bernama bronchiolitis obliterans, yakni penyempitan saluran udara kecil di paru-paru akibat peradangan dan jaringan parut. Kondisi ini menyebabkan batuk kronis, sesak napas, dan penurunan fungsi paru.
Nama “Popcorn Lung” berasal dari kasus tahun 2000-an di Amerika Serikat, ketika para pekerja pabrik popcorn terkena penyakit ini setelah menghirup diacetyl — senyawa kimia dengan rasa mentega yang digunakan dalam perasa popcorn microwave.
🚫 Diacetyl: Bukan Vape, Tapi Kandungan Tertentu
Di dunia vape, tudingan terhadap Popcorn Lung muncul karena beberapa e-liquid generasi awal menggunakan diacetyl untuk menciptakan rasa manis dan creamy. Namun penting diketahui bahwa:
- Vape tidak secara otomatis mengandung diacetyl. Zat ini hanya muncul jika produsen mencampurkan perasa secara sembarangan.
- Produsen legal dan bersertifikat kini tidak lagi menggunakan diacetyl karena larangan dan standar internasional.
- Banyak penelitian menemukan bahwa kandungan diacetyl dalam rokok tembakau konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan vape yang diuji.
“Bahaya Popcorn Lung bukan pada vape-nya, tetapi pada zat tambahan yang digunakan tanpa kontrol kualitas,” kata Dr. Steven Gentry, pulmonolog dari AS dalam wawancara dengan Scientific Vape Journal.
🔬 Apa Kata Ilmu Pengetahuan?
Sejumlah studi dari lembaga independen telah mencoba menguji hubungan antara vape dan Popcorn Lung. Hasilnya:
- Tidak ada kasus Popcorn Lung yang dikonfirmasi secara ilmiah terjadi pada pengguna vape.
- Kadar diacetyl dalam e-liquid modern hampir tidak terdeteksi, terutama jika diproduksi oleh pabrikan legal.
- Lebih dari 90% rokok konvensional justru mengandung diacetyl dalam jumlah yang jauh lebih tinggi daripada e-liquid.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sendiri tidak menyebut vape sebagai penyebab Popcorn Lung dalam dokumentasi resminya.
📢 Misinformasi dalam Kampanye Anti-Vape
Banyak narasi anti-vape menyebut Popcorn Lung sebagai “efek samping” vape, tanpa memberikan konteks. Hal ini menciptakan ketakutan massal dan merusak kepercayaan publik terhadap teknologi pengurangan risiko seperti vape.
Di media sosial, istilah Popcorn Lung sering dipakai secara clickbait atau untuk membenarkan pelarangan vape, tanpa bukti ilmiah yang kuat. Akibatnya, masyarakat gagal membedakan antara vape ilegal dan tidak bersertifikasi dengan produk yang sudah melalui uji laboratorium.
📌 Pelajaran untuk Konsumen dan Regulasi
Agar tidak terjebak dalam misinformasi, konsumen perlu:
- Hanya membeli e-liquid dari produsen terpercaya yang mencantumkan komposisi jelas
- Menghindari liquid oplosan atau rumahan tanpa label
- Mendukung regulasi yang mengatur standar bahan baku dan pelabelan kandungan
Sementara itu, regulator perlu mengedukasi publik bahwa risiko bukan berasal dari vape itu sendiri, tetapi dari campuran kimia ilegal dan proses produksi tidak aman.
✉️ Kesimpulan
Popcorn Lung adalah penyakit paru-paru serius yang pernah dikaitkan dengan penggunaan diacetyl. Namun, menyebut vape sebagai penyebab utamanya adalah bentuk penyederhanaan yang keliru. Faktanya, kandungan diacetyl dalam e-liquid modern hampir nol jika diproduksi secara legal dan sesuai standar.
Konsumen berhak atas informasi yang akurat dan tidak menyesatkan. Di tengah maraknya kampanye hitam dan disinformasi, literasi produk menjadi senjata utama untuk menjaga keselamatan dan kebebasan memilih alternatif rokok yang lebih sehat.
Tentang Penulis:
Chester adalah jurnalis investigasi di IndonesiaVape.com yang menyoroti isu kesehatan, regulasi, dan narasi publik di balik produk nikotin alternatif.
Email: chester@indonesiavape.com
Instagram: @indonesiavape.id
0 Komentar