Riset Universitas Catania di Italia menyebut konsumsi rokok elektrik
alias vape tidak menimbulkan risiko kesehatan serius dibanding dengan
rokok biasa yang dikonsumsi dengan cara dibakar.
Riset itu
menyebut konsumsi vape tidak menyebabkan masalah pada paru-paru, bahkan
pada konsumen yang menggunakan rokok elektrik secara reguler, dilihat
dari sisi fisiologis, klinis, maupun inflamasi. Lebih lanjut, tidak ada
perubahan yang berarti pada tekanan darah atau denyut jantung para
pengguna.
"Kami tidak menemukan bukti adanya masalah kesehatan, terkait
penggunaan rokok elektrik dalam jangka panjang berdasarkan riset kami,"
kata Riccardo Polosa, Direktur Universitas Catania,dalam keterangan
resmi, Sabtu (16/12/2017).
Laporan ini merupakan hasil studi
selama 3,5 tahun dengan menyasar pengguna vape pada usia 23-35 tahun,
serta menyasar sekelompok orang nonperokok lainnya dengan rentang usia
yang sama.
Para peneliti melakukan studi dari beberapa faktor
kesehatan, seperti tekanan darah, denyut jantung, berat badan, fungsi
paru-paru, gejala pernafasan, nafas oksida nitrat, pengembusan karbon
monoksida, dan tomografi resolusi tinggi pada paru-paru. Riset tersebut
dipublikasikan di Jurnal Scientific Reports.
"Tidak ada temuan
patologis yang dapat diidentifikasi pada tomografi resolusi tinggi pada
paru-paru dan tidak ada gejala pernafasan yang dilaporkan secara
konsisten pada pengguna rokok elektrik," tambah Polosa.
Studi
dengan topik serupa juga sudah dilaksanakan di Indonesia oleh Yayasan
Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) dan membuktikan vape sebagai produk
tembakau alternatif menekan risiko kesehatan. YPKP masih terus
menyosialisasikan hasil risetnya kepada masyarakat yang masih mengosumsi
rokok dengan cara dibakar.
Pendiri YPKP Achmad Syawqie Yazid
mengatakan produk tembakau alternatif ini memiliki risiko kesehatan yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok yang dikonsumsi dengan
dibakar. Produk yang tidak dibakar dapat mengeliminasi tar, racun
berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran tembakau, dan sebagian
bersifat karsinogenik.
Syawqie juga menyebut inovasi dari produk
tembakau alternatif dapat menjadi solusi efisien untuk mengatasi masalah
adiksi rokok. Konsep pengurangan risiko atau pengurangan bahaya (harm
reduction) merupakan strategi ilmu kesehatan masyarakat yang bertujuan
mengurangi konsekuensi negatif kesehatan dari sebuah produk atau
perilaku.
"Saat ini, masih banyak penafsiran yang salah terkait
produk tembakau alternatif, seperti nikotin tempel, snus, vape, dan
produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar, padahal, produk-produk
tersebut telah terbukti secara klinis dapat menjadi alternatif untuk
menekan dampak buruk dari rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar,”
jelasnya.